Sabtu, 22 Desember 2007
Biru...
ada yang bilang, kalo pink itu warna cewe, kalau biru itu warna cowok.....
lho.... berarti....cowok itu selalu sedih ya?
dan, cewek selalu ceria?
enggak ah, aku sendiri juga suka warna biru...
lihat, mobil kesayanganku ....vw beetle biru
aku juga suka pantai, langit, kolam renang....
semuanya berwarna biru...
kutemukan juga cintaku,di atas langit biru, di negeri para dewa, di jantung pulau jawa....
eh, apa sih arti biru itu???
Biru. Memiliki makna kepercayaan, kesetiaan, ketenangan, kedamaian, ketulusan, kesejukan, air, awan, harmoni, kebersihan, konservatif, percaya diri, dan penyembuhan. Warna ini merupakan warna yang aman dipakai untuk desain. Selain itu, warna ini juga bermakna kesedihan, kedingingan, depresi, dan penurunan vitalitas.
hm.....aku suka warna biru....seragamku juga biru
tapi, apa aku seperti yang digambarkan oleh warna biru? biarlah kekasihku yang menilai aku....
aku sangat mencintaimu.... ingin kutembus gambar kota di atas awan itu, dan menjemputmu...
tapi, aku merasa,warna biruku adalah untuk sebuah cinta yang tulus untuk Tiara
Jumat, 21 Desember 2007, dari hutan kalimantan
aku tidak bisa tidur semaleman....mikirin kamu.
aku telat bangun.... pergi ke kantor (ga mandi.... heheh)
untungnya kerjanya di dalam kulkas, jadi ga keringetan, malah nyari jaket.
hm..... teleponkamu, ga bisa terus, sms kamu, ga nyampe2....
siang kamu telepon, ga lebih dari sepuluh menit, maaf, aku juga pas lagi kerja.
sore,kamu nelepon, mengobati kangenku.....
enam jam kemudian, ga ada kabar....
aku hampir nelpon 911 untuk minta bantuan....
setelah ribuan,bahkan mungkin puluhan ribu aku mencoba menelpon,
naik atap, masih ga nyambung,
naik pohon, masih ga nyambung pula...padahal rumahku ini sudah rumah pohon, paling tinggi di hutan ini.....
apa hapeku ini tak suruh bawa burung rangkong aja kali ya, biar dibawa terbang tinggi, biar dapat sinyal?
setelah membakar dupa, dan menyembelih buaya tujuh ekor.....
akhirnya, nyambung juga......
tapi, adindaku telah ngantuk.... hm.
Kamis, 20 Desember 2007
Sehari setelah kamu pulang
Sehari setelah kamu pulang, aku tetep tidak bisa sendiri, meskipun aku berlari, naik gunung, menyeberang lautan, tetap tidak bisa menggantikanmu sayang.
Meskipun kita jauh, tetapi ketika kamu pulang, itu serasa sekamin jauh.
Maafkan aku sayang...
Senin, 17 Desember 2007
Bunda nelepon malam-malam.....
Melihat matahari terbenam selalu menyedihkan aku di sini….
Bunda malam-malam nelepon aku.....menanyakan transocean....hm...sabar aja, serahkan semuanya pada Allah.Eh, bunda bilang bahwa Mbak Riska itu centil dan baik, kayak kamu, dan katanya bunda Mbak Riska akan sangat cocok dengan kamu....hihhi, gitu kata Bunda sayang....
Bakso......
Melihat matahari terbenam selalu menyedihkan aku di sini….
Hm…. Kebersamaan itu adalah hal terindah
……………..sore-sore, enaknya makan bakso…hm….
Kita punya tempat favorit untuk makan bakso…hehehe
Kebetulan, kita suka bakso.
Warung bakso ini kebetulan baru di renovasi (aku agak telat tahunya, coz tinggal di
Betapa kagetnya setelah mengetahui kebodohanku, bakso campur ternyata cukup banyak, satu mangkuk penuh, padahal mangkoknya berdiameter tidak kurang dari
Hm…..lezat…..
Aku tak takut dengan bakso campur yang menggungung itu, akan aku habiskan, tekadku dalam hati....
agar lebi nikmat, tambah kan sedikit saos dan kecap, tapi kalau sambel, itu nanti dulu....
pernah trauma dengan sambel masalahnya.... hehehehe
kalau belahan jiwaku ini, jagonya makan sambel, penggemar sambal, pastinya pinter bikin sambel....dan tentunya istri idamanku....
pokoknya, baksonya enak, habis semua....
pengen makan bakso lagi (tentunya sama belahan jiwaku ini)
Selasa, 11 Desember 2007
mencoba ikhlas
Mas? kamu pasti tau kenapa ya kan?
Jumat, 07 Desember 2007
tiara: aq atau transocean?
Padahal datang untuk transocean tapi kok aq merasa mas Am datang untuk aq yah...
Makasih ya mas, tia ga sedih loh kamu berangkat lagi, karena aq yakin kamu pasti datang lagi untuk malam minggu ini.
Senang bisa ke mbak Phia (calon kakak iparku tersayang)
Senang bisa belanja yang aq mau (tak sia2 mas kerja jauh2, duitnya banyak,heheheh)
~buat mbak reka maaph ga bisa dateng, janji dateng deh ntar
~sebel ma mas bagus aq di paksa2 ngurus tiketnya dia(piss mas)
Sabtu, 15 September 2007
tiara: Siang ini bukankah mas online?
Les dan ke kampus untuk chat dengan mas tersayang
Kok? kok mas ga online, bukankah hari ini kita udah janjian?
Mas lagi sibuk ya? atau mas sakit?
Atau mas ingin biar tia merasakan klo nunggu itu ga enak?
Iya, semalam tia ketiduran, maaf.
Ya suw, lain kali ngasih kabar klo batalin sesuatu.
Biar tia ga nunggu lagi.
Tia tetap sayang kamu mas.
~jangan lupa beli xl card.
Jumat, 14 September 2007
hari kedua Ramadhan
sajian berbuka sudah tersedia
sederhana namun nikmat,
jangan telat pulang ya
Rinduku
ingin berbuka bersama, tarawih bersama
Sabtu, 08 September 2007
Dalam Kabut Rimba
Tersiram hujan khatulistiwa
Samar bayangan tertutup kabut rimba
Aku yakin, itu jalanku
Begitu besar rinduku
Kabut rimba tak akan sanggup menghalangiku
Juga sang mentari, tak kubutuhkan untuk menujumu
Dalam gelap, dalam terang, dalam panas, bahkan dalam dinginnya malam seperti ini
Rindu itu tetap menyala, menghangatkan hati untuk tetap pulang
Kamis, 23 Agustus 2007
Temen curhat
Masuk shift pagi, hari pertama masih capek dari perjalanan liburan, badan adem panas, capek-capek.
Masuh pagi kedua, dah diingetin tentang evaluasi ma bos, gile.... gw lupa. Pokoknya kerja di sini, tapi hati dan pikiran ga ada di sini....(ketahuan ma orang sekantor, juga ma orang-orang di tempat training). Hujan sepanjang siang sampe sore, menghambat kerja, juga bikin badan ini capek-capek. Yang bawa hatiku di sana juga sama kayaknya, kok sms-nya agak telat. Capek banget, hape nya ga bisa dihubungi, aku bingung banget, tapi ga bisa ngapa-ngapain, cupu banget ya....
Badan capek banget, harus nyiapin laporanbuat evaluasi.....badan ga kuat, tidur deh...
Maaf, cintaku menelpon, tapi dah ga kuat lagi.... jam 11 baru bangun, tapi blm full...
Hari ini, tepatnya shift pagi ketiga, evaluasi.
Kena damprat, kena semprot. Mekanik ku ada yang kena warning.
Sama bawahan kena gampar, sama atasan ditendang.
Hari hujan deras, pompa hidrolic ga bisa di pasang, meski dah dibela-bela in ujan-ujan.
Oli yang dibuang melebihi gajiku selama dua bulan, gila banget kan?
Dah bisa dipastikan bikin pusing kepala.
Badan masih basah kuyub, mau pulang mandi air anget trus training.
Cintaku minta dibeliin pulsa, badan ini kukuatkan untuk berjalan ke ATM, duit abis.
Ternyata, ATM mati, lampu mati. Mondar-mandir nyari ATM yang bisa di pake, keliling dulu. Alhamdulillah, ada temen, pinjem duit dong buat beli pulsa.
Tak kirim kode vouchernya, katanya salah.
Hm..... tak coba bisa, ya udah, tak trasfer aja.
Training, cuma bisa sender kepala di meja, kangennya itu loh....meski aku dah lima watt, masih bisa sembunyi-sembunyi untuk SMS.
Pulang training, pingin kangenku ada yang menyambut, ternyata petir yang kudapat....
Mau apa lagi.....
Badan capek, pikiran capek, emosi capek, tetapi ada cinta untuknya.....
Dia, tidak menanyakan apakah aku sehat atau tidak
Aku dianggapnya beban, sedih ga sih.....
Aku hanya bisa menurunkan kegalauan hati,
Mencoba mengerti, baru dimengerti....(tapi kan dia sudah berjanji untuk tidak menemui si keparat itu....ups...egoku ngomong)
Hm....hidup emang ga mudah kok.
Jumat, 03 Agustus 2007
Putriku sayang, semua yang aku miliki untuk kamu
Yang mengisi hari-hariku, dengan tawa dan candanya....
Meskipun kita terpisah ribuan kilometer....kamu selalu mengisi hatiku
Membuat aku bersemangat untuk bekerja, membelah bumi rantau ini.
Putriku sayang, kamu adalah segalanya bagiku.
Sejak kemarin putriku meminta bunga,
Aku menjanjikannya saat pulang nanti, tiketpun sudah kubeli.
Pundi-pundi juga sudah tertata sedemikian rupa
Sehingga hasil keringat ini cukup untuk kita sebulan ini
Putriku sayang,
Aku akan belikan bunga yang kamu mau......
Aku janji
Aku tidak butuh apapun,
Bahkan aku tidak butuh hidupku.
Meski resah, hidupku akan kupertaruhkan untuk Putri ku tersayang.
(dari kegalauan seorang yang memiliki Putri)
Rabu, 01 Agustus 2007
Bahagia
Selasa, 31 Juli 2007
Hari-hari Bahagia, Tetap Tercerahkan......
Hari bahagia, bukan hanya satu kebahagiaan. Beribu bahagia, saat bunda menerima anak ke-empatnya.
Kebahagiaan itu melengkapi kebahagiaan yang dibawa ketiga lelakinya.
Bahagia itu, harus tetap di cerahkan dengan usaha nyata dan senyum bahagia yang terjaga di antara denyut kehidupan yang beraneka warna.
Terima kasih untuk ayah bunda.
Terima kasih untuk belahan jiwaku, Tiara, yang telah melengkapi kebahagiaan ini.
Kau dampingi aku dari VICO Indonesia, Alstom Power, sampai KPC. Entah sampai mana aku akan berhenti.
Senja Merah di Ufuk Barat
Maka basahlah bumi ini
Sinar mentari telah beringsut, menandakan mata harus tersapu gelap.
Merah merekah, merona bagai wajah yang merindukan.
Kutinggalkan asap dan oli,
Juga kuhapus peluhku.
Kujejakkan langkah lunglai, melintasi padang rumput,
Pesta perpisahan yang selalu tidak aku senangi.
Mereka sudra, tapi mereka berharga.
Ilmu, tawa, keahlian, dan keringat kita pernah jatuh bersama.
(Selamat Tinggal Kawan2 Mekanik di Component Rebuild Section, Daku Pindah ke Sebelah,ke Haul Truck Section)
Selanjutnya,
Kubeli sekotak kecil sesuatu yang disarankan oleh belahan jiwaku,
Sesuatu yang membuat pancaran wajahku bertambah bercahaya (sayang, coba tebak ini apa).
Hm...... hari semakin senja
Saat badanku merindukan peraduan.
Kutatap langit biru, dan kulanjutkan perjalanan pulang ku.
Kulewati lagi padang rumput, pondok-pondok para penambang batubara, selanjutnya kuseberangi sungai yang berait cokat.
Alhamdulillah......Camp ku ada di balik bukit itu,
Semak belukar tempat kobra melingkarkan badan.
Kuputari bukit itu, dan sampailah aku pada Camp,
Tempatku menyimpan tubuh yang semakin tua ini.
Demi sang belahan jiwa.
Tiara sayang.
Tapi, perjuangan belum berakhir,
Untuk menjadi sang Digdaya, harus ada bukit yang kudaki,
Kutapaki setelah matahari pergi,
Bertapa untuk mendapat ilmu bahasa seberang.
tiara: selalu saja ada hal-hal kecil itu...
yang membuat qta semakin dekat,meski antara
Sangatta-Jakarta. Jarak bukanlah penghalang,
justru menjadi semangat agar kita mampu mewujudkan cita.
selalu saja ada hal-hal kecil itu,
agar tia selalu menjaga kesehatan,
agar tia tidak telat makan,
agar tia tidak lupa sholat malam,
agar tia lebih sabar,
agar tia tau,bahwa ada cinta dihatimu
untukku.
Aq sangat mencintaimu mas.
Senin, 30 Juli 2007
Belahan Jiwaku, Tiaraku
Di hutan belantara ini, masih ada suara kamu dari telepon.
Aku cinta kamu,
Belahan jiwaku,Tiara.
Met bobo....
Satu Keluarga, Dua Rumah Tangga
Satu Keluarga, Dua Rumah Tangga
Lusiana Indriasari dan Susi Ivvaty
Suami harus hidup terpisah dari istri dan anak? Sebuah pilihan yang sulit. Kenyataannya, pekerjaan dapat saja menuntut sebuah keluarga tak selamanya bersatu di bawah satu atap.
Bagi orang yang tugasnya sering berpindah-pindah, memboyong keluarga bisa membawa konsekuensi besar dalam rumah tangga. Salah satunya adalah kehilangan sebagian pendapatan jika pasangan ternyata juga bekerja. Di lain pihak, pengeluaran semakin membengkak apabila keluarga itu pindah ke suatu tempat yang berbiaya hidup tinggi.
Anak-anak yang ikut pindah juga harus pandai beradaptasi dengan lingkungan baru. Jika orangtua terlalu sering pindah, anak malah bisa tertekan karena mereka tidak sempat menjalin hubungan sosial dengan lingkungannya.
"Mencari pekerjaan baru sekarang sangat sulit. Makanya, saya dan istri memutuskan hidup terpisah," cetus Guido S Radityo (32), pekerja swasta di perusahaan penerbitan di Jakarta. Guido dan istrinya, Khristianna (31), akrab disapa Anna, sudah lima tahun menjalani hidup terpisah. Guido tinggal di Jakarta, sedangkan Anna menetap di Yogyakarta bersama Jalu (4), buah hati mereka.
Sejak menikah, pasangan ini belum pernah merasakan hidup bersama di bawah satu atap. Anna tidak mungkin ikut pindah ke Jakarta karena ia bekerja di Yogyakarta. Bahkan, ketika Anna melahirkan, Guido tidak bisa menunggui.
Pasangan Purnomo (35) dan Yuli Muniawati (33) juga merasakan beratnya hidup terpisah. Purnomo, pegawai negeri di lingkungan Departemen Keuangan, saat ini bekerja di Sorong, Papua, sedangkan Yuli adalah karyawan Indosat di Jakarta. Saat ini Yuli tengah mengandung anak ketiganya, sementara dua anak sebelumnya, Hirzy (4) dan Thoriq (1 tahun 5 bulan), masih membutuhkan perhatian penuh dari orangtuanya.
"Sebenarnya saya bisa minta pindah ke Sorong, tetapi ada kemungkinan suami dipindah lagi. Jadi, kalau saya menyusul, saya bisa sulit jika mau minta pindah lagi," kata Yuli yang tengah hamil tujuh bulan dan kadang menangis jika Hirzy dan Thoriq menanyakan bapaknya.
Apa yang dirasakan Yuli berbeda dengan yang dirasakan Zainuraida (54), warga Pondok Gede, Jakarta Timur. Mantan awak penerbangan pesawat Garuda ini terbiasa menjalani kehidupan berpindah-pindah. Ketika bertugas dulu, ibu tiga putra ini tidak pernah menetap di satu kota di Indonesia untuk waktu lama.
Oleh karena itu, ketika akhirnya menikahi Kirono (59) yang berprofesi sebagai pilot, Ida merasa biasa saja. "Sejak menikah, sebagian besar hidup saya terpisah dari suami," tutur Ida, panggilan Zainuraida, yang kini menjadi pembina sofbol.
Hingga kini, Ida dan Kirono masih saja hidup terpisah. Setelah pensiun dari Garuda, lima tahun terakhir Kirono bekerja di Orient Thai, perusahaan penerbangan Thailand. Kirono baru bisa menjenguk keluarganya paling cepat sebulan sekali.
Tidur di kantor
Pasangan suami istri yang hidup terpisah mau tidak mau harus membiayai dua "dapur". Bagi orang yang tidak pandai menyiasati keadaan, membiayai dua rumah tangga tentu bisa memberatkan keuangan. Mereka harus menyediakan uang untuk kos, transportasi, dan makan.
Guido dan istri mampu menyiasatinya. Untuk berhemat, selama lima tahun itu pula Guido rela tidur di kantor. Cukup Rp 750.000 untuk keperluan hidupnya sebulan. Ia pun bisa menabung Rp 1 juta setiap bulannya, sedangkan sisa gajinya dikirim ke istri.
Tidur di kantor tentu tak sebebas tidur di kamar kos. Guido baru bisa tidur jika semua temannya sudah pulang. Pagi-pagi ia juga harus bangun dan merapikan diri sebelum teman-temannya datang. Ia hanya membawa kasur tipis dan lemari kecil untuk menyimpan baju. Barang-barang itu diletakkan di satu ruangan kantor yang tidak terpakai.
"Wah untungnya saya belum pernah bangun kesiangan. Kan malu kalau bangun tahu-tahu orang sudah berdatangan," tutur Guido.
Purnomo beruntung bisa menempati rumah dinas meski sederhana. Namun, jauhnya jarak Sorong dan Jakarta membuatnya sulit untuk pulang. Biaya pesawat yang mahal menjadi kendala utama meski sebenarnya ia diperbolehkan pulang setiap dua bulan. "Karena lama tak pulang, Thoriq pangling, lupa sama bapaknya," ujar Yuli.
Kesepian, mandiri
Bagi istri yang ditinggal di rumah bersama anak-anak, jauh dari suami justru bisa melatih kemandirian. Setidaknya itulah yang dirasakan Nia Tresnasari (32), warga Bojong, Depok Baru, Bogor. Sejak suaminya, Nenda, pindah ke Makassar enam bulan lalu, Nia belajar mengatasi persoalan rumah tangga sendirian.
Ketika dua anaknya, Bintang (4) dan Bulan (2,5), sakit, Nia bisa menyikapinya dengan lebih tenang. Padahal, biasanya ia sering panik dan bergantung kepada suami untuk mengantar ke dokter. Begitu juga jika ada bagian rumah yang rusak. Nia langsung mencari tukang. "Pokoknya dari urusan anak sakit sampai genteng bocor saya tangani semua," tutur Nia. Ia tidak ikut pindah ke Makassar karena harus bekerja di Bogor.
Hidup mandiri dijalani Ida selama puluhan tahun. Sejak anak-anak mereka masih kecil, Ida selalu memberi pengertian ayahnya punya pekerjaan "berbeda" dengan orang lain, jadi tidak bisa ketemu setiap hari.
Meski hidup terpisah, pasangan suami istri tetap bisa membesarkan anak-anaknya dengan baik. Kuncinya adalah selalu berkomunikasi. Guido hampir setiap hari menelepon anak dan istrinya, begitu pula pasangan Purnomo dan Yuli serta Ida dan Kirono.
"Kami mengobrol ngalor-ngidul. Ini untuk menjalin kedekatan. Kalau ada masalah tidak terpecahkan, baru saya berkonsultasi dengan dia," tutur Ida yang sangat percaya suaminya tidak akan berbuat macam-macam.
Di satu sisi merasa kesepian, di sisi lain melatih kemandirian. Begitulah jika satu keluarga hidup terpisah. Yang kadang berat dirasakan adalah menahan rasa kangen pada anak. Maka itu, anak cenderung dimanjakan sebagai kompensasi rasa bersalah yang dirasakan. Guido selalu menuruti apa pun permintaan Jalu, begitu pula Purnomo yang berusaha semampunya memberi hiburan apa pun yang diinginkan Hirzy dan Thoriq.
Hidup jauh dari keluarga memang butuh banyak pengorbanan. Apalagi jika keluarga besar suami atau istri tidak berada di satu kota, seperti orangtua Yuli yang tinggal di Kuningan, Jawa Barat, dan orangtua Purnomo di Magelang, Jawa Tengah. Mertua Nia tinggal di Bekasi, tidak terlalu jauh dari Bogor, tetapi tentu tidak bisa terus menemaninya. Orangtua dan saudara Nia pun tinggal di kota-kota lain, tidak bisa terus mendampingi jika Nia membutuhkan bantuan.
Setidaknya, ada hal positif yang bisa dipetik para pasangan yang hidup terpisah, salah satunya adalah pembelajaran untuk kemandirian dan kematangan jiwa.
Saya ambil dari Kompas Edisi Minggu 29 Juli 2007. Untuk renungan bagi diri saya, bahwa hidup ini bukan sesuatu yang tanpa makna. Setiap peristiwa, terpisah jarak, tentu ada maksudnya. Semoga jarak yang membentang semakin nyata terbuang.
Launching
Nyata dalam dunia, bahwa cinta tidak harus bertatap muka. Cinta adalah sebuah anugrah yang tiada tara. Cinta juga membuat manusia meledakkan dirinya untuk yang dicintainya. Cinta membuat jarak tak menjadi sebuah batas.
Banyak rekan-rekan di sini yang juga terpisah dari belahan jiwanya, momongannya. Nasib kita sama. Tapi, semua itu tergantung pada usaha kita. Kadang kita berbagi keluh kesah, berbagi pengalaman ketika momongan sakit dan hanya belahan jiwa kita yang menjaganya. Tetes air mata tak jarang terjatuh di bongkahan batubara dan ceceran oli yang membasahi tanah tempat kita bekerja. Demi belahan jiwa, demi masa depan sang buah hati, seorang rama harus berjuang membelah bumi.
Kepercayaan, adalah satu hal yang paling penting. Tapak demi tapak tidak akan kokoh dengan kepercayaan. Tiang-tiang tidak akan berdiri tanpa kepercayaan. Saling terbuka, mencoba memahami, mengendalikan EGO kita, adalah salah satu kunci untuk menjaga saling percaya.
Bumi tetap berputar, dan denyut hidup terus berlanjut. Di tempat ini bumi terbelah, dan di tempat lain cakrawala ilmu masih harus di buka. Cinta, sesuatu yang suci. Keringat, air mata, rindu, tawa, renungan, rasa khawatir, dan kadang rasa gemez, sebel, mewarnai cinta.
Untuk belahan jiwaku.