kalau dirasa, ini seperti sebuah perasaan cinta...
lembut, dengan warna-warna cerah berbalut sinar mentari dengan diselingi angin pantai
bukan imperatif, namun persuasif....
rindu yang tak terucap, harap yang tak terjangkau...
kuingin juga meraihnya, namun hanya angin dan tatapan kosong, meski itu jelas terlihat
senyum, bukan dari bibir yang manis
tapi hati yang mengenang.....
cerita, namun sebuah kata-kata yang mengikat
cincin, tapi sebuah irama yang melingkar di antara kita
hm...... semerbak angin
bukan bantahan, tapi pertanyaan yang kritis
pertanyaan kritis, logika cinta.... bukan hanya ego
namun gengsimu besar.... ego kita saling tak terkalahkan
tapi kau tak pernah marah.... hanya bertanya, dan aku pun akhirnya mengerti
senja ini.... mungkin lebih pantas di sebut ufuk timur yang menjelang subuh...
kau pernah tampar aku.... kau pernah pukul aku
tapi dengan rindu
kau terima marahku, kau berikan pengertian....
sehingga aku pun terhanyut dalam duka.... ketika itu
selalu seperti itu....
kuning - merah muda, ungu, dan sedikit biru..... sangat bersahaja
kau lebih dari itu, tapi kau ajarkan aku apa itu bahagia
karena bagiku hanya ada hitam dan putih
tapi, kau tuntun aku apa itu hidup bahagia
lembut nada bicaramu
nada-nada gembira, selalu keluar.... tak pernah tinggi, pengertian....
sedikit pertanyaan yang kau ulang....
kau ingatkan aku akan tanah.... kau alirkan aku air
kau hembuskan angin
kau tumbuhkan pohon-pohon.... aku suka pohon-pohon
rumpun padi pun di bawahnya....
aku, kamu, dia, kita, kalian, mereka......
aku ingin tak terkalahkan.....
redamlah hati ini, karena sebuah senyuman
seperti angin yang mendinginkan pedang yang membara..... tak tampak, tapi berarti
mencairkan lagi baja bintang, meskipun dalam dingin..... kau sangat tahu apa artinya itu
tak bisa di tempat, mengalir, tapi dingin....
kauhangatkan lagi, dalam derajat yang pasti....dengan angin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar